LINES IN THE SHADOWS - GARIS TAK TERLIHAT - POLITICAL METAL - EGALITER STUDIO

Details
Title | LINES IN THE SHADOWS - GARIS TAK TERLIHAT - POLITICAL METAL - EGALITER STUDIO |
Author | EGALITER STUDIO |
Duration | 7:50 |
File Format | MP3 / MP4 |
Original URL | https://youtube.com/watch?v=HqJl2pqmQ_0 |
Description
LINES IN THE SHADOWS - GARIS TAK TERLIHAT - POLITICAL METAL - EGALITER STUDIO
-------------------------------------------------------------
"Hanya satu hal yang menghina Tuhan, yaitu ketidakadilan."
"Negara yang didasarkan atas ketidakadilan tidak akan kekal."
"Orang yang tidak berbuat adil, lebih menderita daripada orang yang mengalami ketidakadilan itu."
"Keadilan tanpa kekuatan adalah kemandulan, kekuatan tanpa keadilan adalah tirani."
--------------------------------------------------------------
#jokowi #jokowidodo #prabowo #prabowosubianto #gibran #gibranrakabuming #gibranrakabumingraka #ijazahjokowi #ijazah #ijazahpalsu #ijazahpalsujokowi #musik #music #lagu #laguviral #politik #politics #politicalnews #politicsnews
-------------------------------------------------------------
Lines in the Shadows
**Verse 1**
In the cold steel walls of Metro Jaya’s reign
Abraham Samad stands, defiant in the chain
Called as a witness for the forged crown’s lie
The whispers of the past now scream into the sky
**Pre-Chorus**
They fear the blade of truth in the words he spoke
In a land where justice bends beneath the yoke
**Chorus**
Abraham Samad — the voice they try to bind
But the fire of defiance burns in every line
When the law is a crooked mirror serving the throne
We’ll tear down the fences they’ve secretly grown
**Verse 2**
The scholars rise, the lawyers bare their teeth
Activists march, with the rage underneath
This is more than papers, more than forged degrees
It’s the breath of a nation brought down to its knees
**Bridge**
Social media’s battlefield — bullets made of speech
Two armies of thought, with truths out of reach
Fear crawls in shadows, silencing the crowd
While the rulers stand tall, their pride unbowed
**Final Chorus**
Abraham Samad — in the storm’s black heart
A name they can summon but never tear apart
Invisible lines creep beneath our feet
Till the whole land’s fenced, and our voices retreat
--------------------------------------------
Garis Tak Terlihat
**Verse 1**
Di ruang dingin Polda Metro Jaya
Abraham Samad duduk, nyalinya tak sirna
Dipanggil sebagai saksi, ijazah jadi alasan
Bisik-bisik lama kini pecah jadi ledakan
**Pre-Chorus**
Mereka gentar pada tajamnya kata
Di negeri ini, hukum bisa tunduk pada tahta
**Chorus**
Abraham Samad — suara yang dibelenggu
Tapi bara perlawanan takkan pernah layu
Saat hukum jadi cermin bengkok milik kuasa
Kita robohkan pagar yang mereka pasang diam-diam
**Verse 2**
Ahli hukum berseru, advokat angkat suara
Aktivis turun, menantang kuasa yang buta
Ini bukan sekadar ijazah atau tuduhan palsu
Tapi nafas demokrasi yang nyaris membeku membisu
**Bridge**
Media sosial jadi medan pertarungan
Kata-kata jadi peluru, kebenaran dipertaruhkan
Rasa takut merambat, membungkam rakyat
Sementara singgasana tertawa di balik tirai rapat
**Final Chorus**
Abraham Samad — di jantung badai berdiri
Namanya dipanggil, tapi tak bisa dibunuh berani
Garis tak terlihat merayap di bawah tanah
Hingga seluruh negeri terkunci, dan suara kita hilang
-------------------------------------
Pemanggilan Abraham Samad: Suara yang Menjadi Pertikaian
Oleh: Ali Syarief (Fusilatnews)
Di sebuah ruang di Polda Metro Jaya, Abraham Samad duduk sebagai saksi. Mantan Ketua KPK itu dipanggil dalam kasus dugaan ijazah palsu Presiden—isu yang sudah lama hidup sebagai bisik-bisik, kadang meletup menjadi tuduhan, lalu dibantah dengan murka.
Samad mengatakan ia hanya berbicara di sebuah podcast. Sebuah percakapan yang, menurutnya, bukan hiburan, melainkan ruang untuk mengasah pikiran. Tapi di negeri ini, kata-kata kadang lebih mudah dipenjara daripada kesalahan itu sendiri.
Pemanggilan itu melahirkan gelombang. Para ahli hukum, advokat senior, dan aktivis HAM berdiri di sisinya. Mereka membaca peristiwa ini bukan semata soal ijazah—tapi tentang kebebasan bicara yang kembali terdesak. Mereka melihat tanda-tanda lama: ketika kritik dianggap serangan, dan hukum menjadi pagar yang melindungi kekuasaan, bukan kebenaran.
Namun dukungan itu juga menyulut api lain. Di seberang, ada yang menyebut pemeriksaan ini wajar. Hukum, kata mereka, harus bekerja, bahkan jika yang diperiksa adalah mantan pejabat anti-korupsi yang dulu dielu-elukan. Dari sinilah pertikaian mengambil bentuknya: bukan lagi sekadar soal benar atau salah, tapi soal siapa yang berhak bicara, dan siapa yang boleh membungkam.
Media sosial pun menjelma medan. Kalimat menjadi peluru. Tuduhan dan pembelaan berkejaran, sering tanpa henti. Di balik layar gawai, orang memilih kubu: yang membela ruang kritik, atau yang membentengi wibawa kekuasaan.
Yang terlupakan adalah pertanyaan paling sederhana—apakah hukum kita masih netral? Atau ia telah menjadi cermin bengkok, memantulkan wajah yang dipesan oleh siapa yang berkuasa?
Selengkapnya: https://fusilatnews.com/pemanggilan-abraham-samad-suara-yang-menjadi-pertikaian/
-------------------------------------------------
@EgaliterStudio